Tuntas?

Barangkali mesin waktu hanyalah dongeng yang selamanya hanya akan menjadi angan-angan manusia. Namun, ia tak pernah benar-benar butuh mesin waktu, toh selembar foto di genggamannya sudah cukup membuatnya merasakan waktu bergulir dan membawanya kembali ke sepuluh tahun lalu.

Mau berkunjunjung ke masa lalu? Selembar foto adalah transportasinya😉

Saat ini, aku sedang berada di kafe dalam rangka menjalin silaturahim antar alumni. Acara reuni SMP, lebih tepatnya. Ini adalah kali pertama aku bisa hadir. Aku berharap, dia juga hadir.

Harapanku terwujud. Aku nyaris saja tidak mengenalinya. Tentu saja, dia tampak lebih dewasa dibanding sepuluh tahun yang lalu.

Sepertinya, takdir berpihak kepadaku. Satu-satunya kursi yang masih belum terisi adalah kursi yang berada tepat dihadapanku. Aku mengatur nafas, berupaya mengurangi rasa gugup yang menyerang. 

“Senang bertemu denganmu,” kataku sambil tersenyum kaku. Aku sangat gugup, mengingat ini adalah pertemuan pertama kami setelah sekian lama.

“Benarkah?” Dia mengangguk lalu bertanya dengan tatapan yang sulit kuartikan.

“Tentu,” jawabku singkat.

Ada hal yang perlu kutuntaskan denganmu, batinku. Aku kemudian mencari selembar foto yang sudah lama kusimpan dalam dompet. Foto yang mengabadikan moment sepuluh tahun yang lalu. Foto itu sudah usang, tentu saja. 

“Ini foto kita satu-satunya.” kataku kemudian meletakkan foto tersebut tepat di hadapannya. Raut wajahnya langsung berubah sendu. Seketika dia hanyut ke dalam foto yang sekarang digenggamnya.

“Apakah aku menyakitimu” Aku bertanya, khawatir. 

“Aku yang salah karena berani melontarkan kalimat kutukan itu.” Dia menjawab dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

“Kau bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun, bagaimana bisa kau beranggapan kau menyakitiku?” dia terkekeh beralih menatapku.

Aku mengangguk membenarkan perkataannya. Namun, di lain sisi ada perasaan bersalah yang semakin nyata. Aku memilih untuk memutus kontak mata dengannya. 

“Tak kusangka konsekuensinya benar-benar semengerikan ini. Aku mengira setelah kau tahu perasaanku, kau hanya butuh waktu untuk paham lalu mendapat jawaban. Tapi sayangnya, kau melibatkan jarak. Kau malah menjauh.” Lima menit hening, dia bersuara.

“Aku sungguh tak bermaksud menjauhimu. Aku hanya kesulitan untuk memahami situasi saat itu. Aku sangat pengecut untuk memahami itu semua. Aku tak menemukan cara lain, selain menjauh.” Aku tenggelam dalam tatapannya.

“Kau egois. Bahkan sampai detik ini, hatiku masih dikuasai olehmu.”

“Biarkan saja. Toh, penguasa hatimu sudah tidak pengecut lagi. Aku sudah sangat paham dengan perasaanku. Terima kasih, Bintang.”

“Kembali kasih, Mentari.”

Yang penasaran dengan Mas Bintang, nih aku kasih kembarannya😅

Sumber: Instagram

4 thoughts on “Tuntas?

Leave a comment